Proses Terjadinya Infeksi Virus Hepatitis B

Proses Terjadinya Infeksi Virus Hepatitis B - Hepatitis virus merupakan penyakit sistemik yang terutama mengenai hati. Kebanyakan kasus hepatitis virus akut pada anak dan orang dewasa disebabkan oleh salah satu dari agen berikut: virus hepatitis A (HAV), agen penyebab hepatitis virus tipe A (hepatitis infeksius); virus hepatitis B (HBV).

Proses Terjadinya Infeksi Virus Hepatitis B

Virus hepatitis B (VHB) utuh adalah suatu virus DNA yang berlapis ganda (double shelled) dengan diameter 42 nm. Bagian luar virus ini terdiri dari HbsAg sedang bagian dalam adalah nukleokapsid yang terdiri dari HbcAg. Dalam nukleokapsid didapatkan kode genetik VHB yang terdiri dari DNA untai ganda (double stranded) dengan panjang 3200 nukleotida (Soemoharjo, 2008).

HBsAg ada dalam 3 bentuk, yaitu selubung luar partikel Dane dan partikel HBsAg lepas yang berbentuk sferik (bulat)  dan partikel HBsAg yang berbentuk tubuler (filamen). Dalam perjalanan infeksi VHB ada saat-saat ketiga bentuk partikel tersebut bisa ditemukan dalam darah secara bersamaan. Pada infeksi VHB akut keadaan tersebut bisa dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala Hepatitis, sedangkan pada infeksi Hepatitis kronik hal ini terjadi pada fase replikatif. Infeksi VHB ada saat partikel berbentuk sferik dan filamen saja yang ada dalam peredaran darah, misalnya pada fase integrasi yang merupakan fase nonreplikatif (Soemoharjo, 2008).

Hepatitis B merupakan penyakit yang jauh lebih berbahaya. Terdapat di seluruh dunia kekerapannya sangat tinggi disemua negara tropis termasuk Indonesia. Epidemiologinya berbeda dengan hepatitis A. Hepatitis B terjadi pada usia yang lebih lanjut, umumnya berjangkit pada orang dewasa. Transmisi (penularan) terjadi melalui darah dan produk darah, bahkan dengan sedikit saja sudah cukup. Transmisi  melalui alat-alat medik yang pertama sekali ditemukan dan dinamakan hepatitis serum (Herdin, 2009).

Jarum-jarum termasuk jarum suntik, jarum akupunktur, dan alat-alat untuk menusuk jari dapat berbahaya. Donor darah dapat pula menularkan penyakit ini. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat golongan orang yang sehat sama sekali yang mengandung virus. Pencegahan infeksi tidaklah mudah, donor yang potensial harus seluruhnya diperiksa. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak seksual dan infeksi dari ibu kepada anak pada waktu persalinan (Herdin, 2009).

Infeksi VHB terjadi bila partikel utuh VHB berhasil masuk ke dalam hepatosit, kemudian kode genetik VHB akan masuk ke dalam inti sel hati dan kode genetik itu akan “memerintahkan” sel hati untuk membuat protein-protein yang merupakan komponen VHB. Jadi, sebenarnyaa virus yang ada di dalam tubuh penderita itu dibuat sendiri oleh hepatosit penderita yang bersangkutan dengan genom VHB yang pertama masuk sebagai cetak biru (Soemoharjo, 2008).

Gambaran Klinis

Hepatitis B memiliki gejala mirip hepatitis A yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning,  serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia (Ensiklopedi Kesehatan, 2010).
Biopsi hati memungkinkan diagnosis jaringan akibat hepatitis. Tes untuk fungsi hati abnormal, seperti alanin aminotransferase serum (ALT) dan bilirubin, merupakan temuan tambahan selain gambaran klinis, patologi, dan epidemiologi (Jawetz, 2008).
Aktivitas DNA  polimerase, HBV DNA, dan HBeAg, yang ditemukan pada stadium viremia hepatitis B, terjadi pada awal periode inkubasi, bersamaan atau segera setelah timbulnya HBsAg pertama kali. Konsentrasi partikel HBV yang tinggi dapat timbul dalam darah (sampai 1010 partikel/ml) selama fase awal infeksi, kemampuan menularkan paling tinggi pada waktu ini. HBsAg biasanya dapat dideteksi 2-6 minggu setelah berkembangnya tanda klinis dan biokimia hepatitis serta menetap sepanjang perjalanan klinis penyakit tetapi khas menghilang enam bulan setelah pajanan (Jawetz, 2008).

Kadar IgM spesifik anti-HBc yang tinggi sering terdeteksi saat awitan penyakit klinis. Antibodi terhadap HBsAgterdeteksi pertama kali pada periode yang berubah-ubah setelah menghilangnya HBsAg. Antibodi terdapat dalam konsentrasi rendah. Sebelum HBsAg menghilang, HBeAg digantikan oleh anti HBe, yang menandai dimulainya resolusi penyakit. Kadar anti-HBe sering tidak lagi terdeteksi setelah 6 bulan (Jawetz, 2008).
Berdasarkan definisi, carrier kronik HBV adalah mereka dengan HBsAg yang menetap selama lebih dari 6 bulan dengan adanya HBeAg atau anti-HBe. HBsAg dapat menetap selama bertahun-tahun setalah hilangnya HBeAg. DNA HBV dalam jumlah sedikit biasanya dapat dideteksi dalam serum jika terdapat HBsAg (Jawetz, 2008).
Masa inkubasi dapat berlangsung lama (sekitar 120 hari) atau berlangsung pendek, kurang dari 45 hari. Pada hepatitis Delta masa inkubasi antara 2-8 minggu. Pada hepatitis dengan masa inkubasi kurang dari 45 hari, gejala-gejala timbul mendadak berupa demam, malaise, anoreksia, mual dan ikterus. Pada hepatitis dengan masa inkubasi panjang, gejala klinis umumnya ringan dan terjadi perlahan-lahan tanpa disertai demam (Soedarto, 2010).  

a.    Hepatitis B Akut
Hepatitis B akut adalah proses nekroinflamatorik pada hati yang terjadi secara akut dan disebabkan oleh infeksi VHB. Gejala klinis hepatitis virus akut diawali dengan fase prodromal yang disertai gejala-gejala nonspesifik, yang kemudian diikuti oleh fase ikterik, dan selanjutnya fase penyembuhan. Secara keseluruhan, manifestasi klinik hepatitis B akut menjadi semakin jelas bila umur pasien semakin tinggi. Hepatitis B akut pada anak relatif asimtomatik, sedangkan hepatitis B akut pada orang dewasa mempunyai gejala yang lebih jelas. Ada beberapa cara untuk membedakan hepatitis B akut dengan hepatitis virus lainnya: masa tunas VHB berkisar antara 6 minggu sampai 6 bulan. Fase prodromal hepatitis B akut  biasanya lebih panjang dan lebih samar dibandingkan dengan fase prodromal hepatitis A dan berlangsung antara beberapa hari sampai 1 minggu. Panas badan lebih jarang dijumpai pada prodromal hepatitis B dibandingkan dengan hepatitis yang lain. Pada sebagian kecil penderita, didapatkan berbagai gejala ekstrahepatik yang seringkali tidak berhubungan dengan hepatitis, misalnya :
a)    Sindrom serum sickness
b)    Poliarteritis nodosa
c)    Glumerulonefritis
d)    Mixed cryoglobulinemia
e)    Akrodermatitis

Manifestasi  ekstrahepatik ini lebih banyak dijumpai pada hepatitis B kronik (Soemoharjo, Soewignjo, 2008).

b.    Hepatitis B Kronik
Hepatitis B kronik adalah adanya persistensi virus hepatitis B (VHB) lebih dari 6 bulan yang masih disertai dengan viremia. Hepatitis B kronik merupakan masalah kesehatan yang besar, terutama di Asia, karena di wilayah ini terdapat sedikitnya 75% dari seluruhnya 300 juta individu HBsAg positif-menetap di seluruh dunia. Di Asia, sebagian besar penderita hepatitis B kronik mendapatkan infeksi pada masa perinatal. Kebanyakan penderita ini tidak mengalami keluhan atau pun gejala sampai akhirnya terjadi penyakit hati kronik (Soemoharo, Soewignjo, 2008).


c.    Sirosis Hati Akibat Infeksi Hepatitis B
Sirosis hati adalah sekelompok penyakit hati kronik yang mengakibatkan kerusakan sel hati dan sel tersebut digantikan oleh jaringan parut sehingga terjadi penurunan jumlah jaringan hati normal. Peningkatan jaringan parut tersebut menimbulkan distorsi struktur hati yang normal, sehingga terjadi gangguan aliran darah melalui hati dan terjadi gangguan fungsi hati.
Sirosis hati akibat infeksi hepatitis B baik secara klinik histopatologik maupun laboratorik sama dengan sirosis karena penyebab lain. Sirosis hati akibat hepatitis B timbul akibat progresi hepatitis B kronik (Soemoharjo, 2008).

Patogenesis

virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Mulai dari peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Kemudian sel-sel hati memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bulat dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. HBV merangsang respons imun tubuh, yang pertama kali datang adalah respon imun nonspesifik yang diikuti oleh respon imun spesifik (Soemoharjo, 2008).

Kelompok Resiko Tinggi

a.    Imigran dari Mediterania, Afrika, serta Asia Timur.
b.    Penyalahguna obat intravena.
c.    Homoseksual.
d.    Bayi atau anak yang lahir dari ibu HBsAg positif.
e.    Karyawan rumah sakit.
f.    Penderita immunocompromised.
g.    Karyawan rumah perawatan keterbelakangan mental.
h.    Penderita yang sering mendapat transfusi darah. (Soemoharjo, 2008)

Sumber Penularan

Sumber penularan virus hepatitis B yaitu :
a.    Melalui darah
Virus hepatitis B ditemukan terutama dalam darah, dan ditularkan melalui darah yang tercemar. Tidak seperti hepatitis A, virus hepatitis B tidak ditemukan dalam air seni, keringat, atau kotoran, meskipun virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh lainnya seperti air mani dan air liur. Pada umumnya hepatitis B menular melalui transfusi darah yang terkontaminasi. Kini, semua darah yang akan dipakai untuk transfusi diteliti untuk menyaring virus hepatitis B.
b.    Melalui Jarum Suntik
Virus hepatitis B juga disebarkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah. Para pekerja kesehatan yang memakai jarum suntik dalam tugas mereka dan secara tidak sengaja tertususk jarum adalah mereka yang beresiko, sebagaimana juga pemakai obat bius yang memakai jarum suntik secara bersama-sama. Jarum tato atau akupunktur yang terkontaminasi juga merupakan sumber penularan.
c.    Melalui Hubungan Seksual
Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks. Orang heteroseksual yang memiliki banyak pasangan dan lelaki homoseksual memiliki risiko terbesar.
d.    Melalui Kelahiran
Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada saat atau sekitar waktu kelahiran. Ini merupakan hal umum di negara-negara seperti Cina atau banyak negara di Asia Tenggara dimana penularan hepatitis B. Mereka yang hidup atau bekerja dengan pembawa virus hepatitis B menahun memiliki risiko penularan yang kecil, kecuali melalui hubungan seksual (Sievert, dkk, 2010).

Cara Penularan Hepatitis B

Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi menjadi dua cara, yaitu:
a.    Penularan Horizontal
Cara penularan horizontal yang dikenal adalah: transfusi darah yang terkontaminasi oleh HBV, luka atau lecet, tertusuk jarum atau benda tajam, menindik telinga, pembuatan tato,jarum suntik yang tidak steril, alat perawatan gigi yang tidak steril dan alat cukur.

b.    Penularan Vertikal
Penularan vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang ibu pengidap/penderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan (Hadi, 2002).

Pencegahan Infeksi

Sebelum ditemukannya vaksin hepatitis B cara pencegahan utama infeksi VHB adalah dengan memperbaiki higienis dan sanitasi, melakukan sterilisasi virucidal untuk alat-alat kedokteran yang dipakai dalam tindakan parenteral dan skrining HBsAg untuk darah pratransfusi. Skrining HBsAg juga dilakukan untuk produk-produk yang berasal dari darah, misalnya albumin dan faktor-faktor pembekuan. Setelah ditemukan vaksin Hepatitis B dari plsma pada tahun 1982 dan vaksin Hepatitis B rekayasa genetika pada tahun 1987, cara pencegahan penularan infeksi VHB yang terpenting adalah dengan pemberian vaksin (Soemoharjo, 2008).

Tes Laboratorium


Pemeriksaan darah menunjukkan fungsi hati yang  terganggu dengan SGOT dan SGPT meningkat, alkali fosfatase dan bilirubin serum meningkat. IgG dan IgM meningkat dan TTT (Thymol Tubidity Test) menunjukkan hasil positif. Berbagai test diagnostik dapat digunakan, misalnya Enzyme Immunoassaydan Western blot assay untuk mendeteksi IgG dan IgM anti virus hepatitis, test PCR untuk mendeteksi virus RNA di dalam darah dan tinja, serta immunofluorescent antibody blocking assay untuk mendeteksi antibodi terhadap virus antigen di dalam serum dan hati (Soedarto, 2010).
Test Untuk Memastikan Infeksi Virus Hepatitis B.

Semoga bermanfaat dan dapat membantu dalam tugas atau pekerjaan anda. sekian

Terima kasih :)
Previous
Next Post »

Ads Inside Post