Keadaan Geomorfologi Papua

Keadaan Geomorfologi Papua - Secara astronomis, Pulau Papua terletak pada 0°19' LU – 10°43' LS dan 130°45' – 150°48' BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. Secara administratif pulau ini terdiri dari Papua sebagai wilayah RI dan Papua Nugini yang terletak di bagian timur.

Gambar 1. Pulau Papua

Keadaan Geomorfologi Papua

Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng Australia dan Pasifik yang menghasilkan bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies (1987), Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara Lempeng Australia yang berada di bagian timur Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga sekarang. Fisiografi di Papua di bagi menjadi itu bagian yaitu:

1. Kepala Burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara, pada bagian kepala terdapat rangkaian pegunungan yang membujur timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Sehingga wilayah terbagi menjadi bagian utara dan selatan oleh depresi memanjang. Rangkaian utama tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari sedimen tersier bawah dan per-tersier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala dipisahkan terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi yang besar dan ditandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit yang terpisah-pisah.

2. Batang atau Daratan Utama
Bagian barat pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar satu sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu depresi Memberamo-Bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalur pantai utara daratan utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk Geelvink di sepanjang danau Rambebai dan Sentani sampai ke pantai Finch dengan Aitape. Di sebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang disebut rangkaian pembagi utara.

Rangkaian pembagi utara ini merupakan deretan pegunungan dan pegunungan yang terletak di antara teluk Geelvink di bagian barat dan muara sungai Sepik di bagian timur. Di bagian barat terdapat Puncak Dom (1.340 m) ke arah timur pegunungan Van Res yang secara melintang terpotong oleh Sungai Memebramo yang diikuti oleh Pegunungan Gauttier (>1.000 m), Pegunungan Poya, Karamor, dan Bongo. Di sebelah selatan Pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi. Bagian barat didominasi oleh pegunungan tengah, dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan selatan berupa dataran dan rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari cekungan luar antar bukit dikenal sebagai dataran danau yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah sampai sedang.

3. Bagian Ekor
Mulai 143,5o BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian timur menunjukan beberapa bentang alam yang berbeda dengan dataran utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah terbentang sebuah depresi yang ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zona ini melintas sampai Teluk Huon dan rangkaian tengah, dimana rangkaian Victoe Emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem Pegunungan Lengan Papua. 
Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada suatu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada bagian utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti Gunung Lamington, Trafalgal, Victory Goropu, dan Gunung Dayman. Jalur vulkanis membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor Papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang tidak vulkanis merupakan pulau-pulau Trobriand dan Eoodlark yang terletak sampai di sebelah utaranya.

A. Jalur Sesar dan Lipatan


           
 a) Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG) 
JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Zona JSNNG – JSNPT merupakan zona interaksi antara Lempeng Australia dan Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT di utara dibatasi oleh sesar Yapen dan sesar Sungkup Mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar Benawi Torricelli dan di selatan oleh sesar Naik Foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen Melanesia.

b) Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT) 
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batugamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2.000 m. 
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara, membentuk sesar Sungkup Mamberamo (The Mamberamo Thrust Belt) dan mengawali alih tempat gautier (The Gautier Offset).

c) Jalur Sesar Naik Mamberamo 
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak Pasifik yang ada di bawahnya. William, (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar

d) Zona Sesar Sorong 
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Papua barat berupa sesar ke kiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (Dow, 1985). Sesar ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zona sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen tinggian Kemum dan sedimen cekungan Selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomali positif tinggi. Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. Lima kilometer kearah barat daya batuan kerak Pasifik tersingkap di Pulau Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan. 

Peredaran beberapa ratus kilometer dari Zona Sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh Visser Hermes (1962). Adalah sesar ke kiri dan berlangsung sejak miosen tengah. Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada di sebelah timurnya dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur miosen tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser & Hermes, 1962).

e) Zona Sesar Wandamen 
Sesar Wandamen (Dow, 1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke barat daya Pantai Sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah zona sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur paleozoikum awal, batuan penutup paparan dan batuan sedimen yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal. 
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari tenggara ke timur di tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen Mezozoic. Di atas satuan ini diendapkan kelompok batugamping New Guenia. Jalur Sesar Wandamen dan sesar sungkup lainnya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.

f) Jalur Lipatan Lengguru 
Jalur lipatan lengguru adalah merupakan daerah bertopografi relatif rendah dan jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km di bagian paling selatan dan lebar 30 km di bagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sedimen klastik mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batugamping New Guinea (Kapur Awal Miosen). Batuan penutup ini telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin deformation, berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah ke arah utara zona perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan Zona Sesar Wandemen (Dow, 1984) 
JLL adalah kerak benua yang telah tersungkup-sungkupkan ke arah barat daya di atas kerak benua Kepala Burung (subduksi menyusut atau oblique subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80 km). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow (1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesar Aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.
       
Morfologi Kepulauan Aru dan Pulau Natal (Crhismast)
Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil disekelilingnya. Kepulauan ini terletak di laut Arafura (dangkalan Sahul), tetapi merupakan pengecualikan, karena pemebtukan kepulauan ini dipengaruhi oleh proses-proses orogenetik termuda di Indonesia. Luas keseluruhan kepulauan ini kurang lebih 8000 km2 sedangkan panjangnya dari arah timur laut hingga barat daya sekitar 183 km dan lebarnya 92 km. Pulau-pulau tersebut muncul secara perlahan dari kedalaman 20 m. Sekitar 30 km arah barat kepulauan ini, dasar lautnya turun dengan curam sampai kedalaman 1000 m dan turun lagi sampai basin Aru yang mempunyai kedalaman 3650 m.

Pulau-pulau ini mempunyai permukaan yang datar dengan ketinggian beberapa puluh meter dari permukaan laut. Bentang alam yang paling unik dari empat pulau besar adalah terdapatnya kanal-kanal yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Pada bagian pantai timur pulau-pulau besar dijumpai rumbai-rumbai karang besar denganlebar sekitar 40 km, sedangkan di pantai barat hanya dijumpai pada tempat-tempat tertentu.

Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan Pulau Jawa. Pulau ini mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan diameter 14.5 – 19 km dan luas 161 km2  Pulau mempunyai cliff abrasi pada semua pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah laut, yang muncul dari kedalaman 4500-5000 m. Karena letak dan kedalamannya yang berupa pengunungan bawah laut (timur ke barat), maka pulau ini membatasi palung Jawa sampai ke selatan dan merupakan bagian dari struktur Kepulauan Indonesia. Pulau-pulau kecil dan pulau Cocos yang termasuk deretan punggung palung samudra yang membatasi basin Australia barat sampai ke arah barat laut. Oleh Bemmelen dimasukkan pada bagian sirkum Australia, karena munculnya dasar laut ini merupakan sebagian dari punggungan sirkum Australia.

B. Geomorfologi Papua menurut Van Bemmelen 
Secara fisiografis Pulau Papua atau lebih dikenal Irian Jaya dari utara ke selatan di bagi ke dalam lima unit sebagai berikut (Van Bemmelen, 1949) :

1. Pantai utara yang merupakan batas selatan blok melanesia
2. Trough Mamberamo-Bewani yang terletak antara batas selatan Melanesia dengan pegunungan di selatannya. Depresi geosinklin ini membentang dari pantai Waropen sampai ke Matapau di timur.
3. Pegunungan utara, terdiri dari batuan metamorfik dan batuan beku berumur pra-tersier dan secara tidak merata tertutup oleh lime-stone berumur tersier bawah. Pegunungan ini mulai terangkat pada miosen bawah.
4. Depresi Median, depresi ini terletak di antara dataran pantai dan pegunungan di bagian tengah.
5. Pegunungan tengah yang bersalju. Daerah ini terdiri dari endapan geosinklin pra-tersier dan intrusi batuan beku, kemudian disusul oleh endapan berumur paleogen dan miosen bawah. Pegunungan tengah ini benar-benar mengalami pengangkatan sehingga keberadaannya berada di atas permukaan laut pada paleogen akhir. Puncak tertingginya mencapai 500m berada di tepi selatan komplek Pegunungan Nasau. Adapun komplek pegunungan ini memiliki lebar 100-150 Km. Dari atas selatan ini ke arah utara ketinggiannya mulai menurun dan membentuk beberapa lembah dan pegunungan yang sejajar. Di batas utara pegunungan tengah memiliki ketinggian tertinggi 5030m yaitu di Puncak Jaya.
6. Depresi-Digul-Fly sebagai kompensasi terhadap adanya pengangkatan di bagian tengah maka bagian selatan pulau Papua mengalami penurunan di sepanjang tepi selatannya.
7. Igir Merauke. Igir ini hanya beberapa meter tingginya dan dapat ditelusuri mulai dari kepulauan Aru ke arah timur sampai ke Bomberai dan Misool.

Daftar Acuan
Petocs, R.G., 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya, Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Rasional. Temprit : Jakarta.
Van Bemelen, 1949. The Geology of Indonesia.

C. Geomorfologi Irian Jaya Menurut Van Bemmelen
Secara fisiografis P. Irian Jaya dari utara keselatan dibagi kedalam lima unit
sebagai berikut : (Van Bemmelen, 1949, 713).
a.    Pantai utara yang merupakan batas selatan Blok Melanesia.
b.   Trough Mamberamo-Bewani, yang terletak antara batas selatan Malanesia
dengan pegunungan di selatannya. Depresi geosinklin ini membentang dari pantai Waropen barat sampai ke Matapau di Timur.
c. Pegunungan utara, terdiri dari batuan metamorfik dan batuan beku berumur pre-tertier dan secara tidak merata tertutup oleh limestone berumur tertier bawah. Pegunungan ini mulai terangkat pada miosen bawah.
d. Depresi median, depresi ini terletak antara dataran pantai dan pegunungan di bagian tengah.
e. Pegunungan tengah yang bersalju. Daerah ini terdiri dari endapan geosinklin pretertier dan intrusi batuan beku, kemudian disusul oleh (ditutup) endapan berumur paleogen dan miosen bawah. Pegunungan tengah ini benar-benar terangkat keatas permukaan laut pada paleogen akhir. Puncak tertingginya (5000 meter) berada di tepi selatan komplek Pegunungan Nasau dan Pegunungan Orange (Nasau range and Orange range). Adapun komplek pegunungan ini memiliki lebar 100-150 Km. Dari batas selatan ini ke arah utara ketinggiannya mulai menurun dan membentuk beberapa lembah dan pegunungan yang sejajar. Di batas utara pegunungan tengah ini memiliki ketinggian tertinggi 4050 m yaitu di puncak Dormant.
f.    Depresi digul-Fly. Sebagai kompensasi terhadap adanya pengangkatan di bagian tengah maka bagian selatan pulau Irian mengalami penurunan di sepanjang tepi selatannya.
g.   Igir Maroke. Igir ini hanya beberapa meter tingginya dan dapat di telusuri mulai dari Kep. Aru, Kep. Adi kearah timur sampai Bombarai dan Misool.
Secara astronomis, irian terletak antara 00 19’ – 100 43’ LS dan 1300 45’ 1500 48’ BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari papua sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur. 
Fisiografi papua dibedakan menjadi tiga bagian:
1. Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau utama (1300 – 1350 BT)
2. Pulau utama atau tubuh (1350 – 143,50 BT)
3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 – 1510 BT)
Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi oleh kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari dasar samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini merupakan block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara Papua ini dianggap sebagai tanah batas “Melanesia”. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan selat torres menghubungkan Papua dengan Australia.

1. Kepala burung dan Leher
Sejajar dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan oleh sebuah depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari sediment tertier bawah dan per-tertier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit yang terpisah-pisah.

2. Batang atau Daratan Utama
Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di sepanjang danau rambebai dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat dan muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom (1340 m), ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi. 

3. Bagian timur (“ekor”) Papua
Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman. Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah utaranya

Semoga bermanfaat dan dapat membantu dalam tugas atau pekerjaan anda. sekian

Terima kasih :)
Previous
Next Post »

Ads Inside Post